1.4.c.1. Kuatkan Pemahaman - Ekslusivitas Pendidikan Jasmani Dalam Dominasi Wacana Olahraga
Bapak/Ibu akan melakukan tahapan kuatkan pemahaman pembelajaran ini
secara mandiri di LMS dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Kemudian Anda diminta untuk membaca dan memberikan
komentar/pandangan/pendapat berdasarkan pertanyaan yang diajukan pada bagian
forum diskusi di LMS. Tuliskan pendapat dan pandangan Anda di bagian komentar
forum diskusi di LMS pada setiap situasi yang dimunculkan dalam pembelajaran
ini.
Silakan cermati kedua situasi di bawah (klik pada tombol Situasi yang
ingin dibuka), kemudian tuliskan pendapat dan pandangan Anda!
SITUASI 1
1. Analisis dari Sisi Konsep Pendidikan Jasmani
Secara umum, rancangan tes yang dilakukan Pak Budi memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan dari sisi konsep pendidikan jasmani:
Kelebihan:
Meliputi berbagai aspek kebugaran jasmani: Tes yang dipilih (push-up,
sit-up, dan lari 12 menit) mengukur beberapa komponen kebugaran jasmani yang
penting, yaitu kekuatan otot perut, kekuatan otot dada dan lengan, dan daya
tahan kardiovaskular.
Mempertimbangkan keterampilan olahraga: Tes keterampilan dasar cabang
olahraga yang telah diajarkan selama satu semester memungkinkan Pak Budi untuk
menilai perkembangan keterampilan motorik dan teknik peserta didik dalam
berbagai cabang olahraga.
Memenuhi kebutuhan penilaian: Tes ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan
penilaian nilai rapor semester gasal, yang merupakan salah satu komponen
penting dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Kekurangan:
Kurang menekankan aspek lain dari pendidikan jasmani: Tes ini hanya
berfokus pada aspek kebugaran jasmani dan keterampilan olahraga, dan tidak
mencakup aspek lain dari pendidikan jasmani seperti nilai-nilai sportivitas, kerjasama,
dan tanggung jawab.
Kemungkinan kurangnya validitas dan reliabilitas: Tes push-up dan sit-up
memiliki keterbatasan dalam mengukur kekuatan otot secara keseluruhan, dan tes
lari 12 menit mungkin kurang sensitif untuk mengukur daya tahan kardiovaskular
pada semua peserta didik.
Berpotensi menimbulkan kecemasan pada peserta didik: Penekanan pada
penilaian dan pengukuran dalam tes ini dapat menimbulkan kecemasan pada peserta
didik, yang dapat menghambat proses belajar dan perkembangan mereka.
2.
Terkait dengan
Wacana Eksklusifitas
Situasi yang tergambar di atas memiliki potensi untuk menimbulkan
eksklusifitas dalam beberapa hal:
Peserta didik yang kurang bugar atau memiliki keterbatasan fisik mungkin
dirugikan: Tes yang berfokus pada kebugaran jasmani dan keterampilan olahraga
dapat membuat peserta didik yang kurang bugar atau memiliki keterbatasan fisik
merasa tertinggal dan dikucilkan.
Penekanan pada tes dapat mempersempit fokus pembelajaran: Terlalu fokus
pada tes untuk memenuhi kebutuhan penilaian dapat mempersempit fokus
pembelajaran pendidikan jasmani dan mengalihkan perhatian dari tujuan yang
lebih luas seperti pengembangan karakter dan kesehatan seumur hidup.
Memperkuat stereotip gender: Tes yang menekankan pada kekuatan dan daya
tahan fisik dapat memperkuat stereotip gender tentang peran laki-laki dan
perempuan dalam olahraga dan aktivitas fisik.
Untuk meminimalkan potensi eksklusifitas dan meningkatkan efektivitas
pembelajaran pendidikan jasmani, Pak Budi dapat mempertimbangkan beberapa hal
berikut:
Menggunakan berbagai metode penilaian: Selain tes, Pak Budi dapat
menggunakan metode penilaian lain yang lebih holistik, seperti observasi,
portofolio, dan penilaian diri, untuk menilai perkembangan peserta didik secara
menyeluruh.
Menekankan pada partisipasi dan usaha: Memberikan nilai dan penghargaan
kepada peserta didik yang menunjukkan partisipasi aktif dan usaha yang maksimal
dalam pembelajaran, terlepas dari kemampuan fisik mereka.
Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif: Membangun lingkungan
belajar yang aman dan suportif di mana semua peserta didik merasa diterima dan
dihargai, terlepas dari latar belakang, kemampuan, dan minat mereka.
Memfokuskan pada pengembangan karakter dan kesehatan seumur hidup:
Membantu peserta didik untuk mengembangkan nilai-nilai sportivitas, kerjasama,
dan tanggung jawab, serta membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan
yang mereka butuhkan untuk menjalani gaya hidup aktif dan sehat sepanjang hidup
mereka.
Dengan mempertimbangkan berbagai aspek ini, Pak Budi dapat merancang
pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih inklusif, efektif, dan bermanfaat
bagi semua peserta didik.
SITUASI 2
1.
Kecenderungan Sikap
Rudi dan Seto dalam Memilih Anggota Tim
Dalam situasi di atas, Rudi dan Seto kemungkinan besar akan memilih
anggota tim berdasarkan beberapa faktor, yaitu:
Kemampuan bermain kasti: Mereka mungkin memilih teman yang mereka anggap
pandai bermain kasti, dengan harapan tim mereka memiliki peluang lebih besar
untuk menang.
Kecocokan pertemanan: Mereka mungkin memilih teman yang dekat dengan
mereka atau yang mereka sukai untuk bermain bersama.
Keuntungan fisik: Mereka mungkin memilih teman yang memiliki fisik yang
kuat atau gesit, yang dianggap menguntungkan dalam permainan kasti.
Kecenderungan ini dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti:
Eksklusivitas: Teman yang dianggap kurang pandai bermain kasti, tidak
populer, atau memiliki fisik yang lemah mungkin diabaikan atau dikucilkan dalam
proses pemilihan tim.
Ketidakadilan: Tim yang mendapatkan anggota yang lebih pandai bermain
kasti mungkin memiliki keuntungan yang tidak adil dan mendominasi permainan.
Kekecewaan dan frustrasi: Teman yang tidak terpilih mungkin merasa
kecewa dan frustrasi, yang dapat mengganggu motivasi dan semangat mereka dalam
belajar.
1.
Masalah Terkait
Eksklusifitas
Gambaran situasi di atas menunjukkan beberapa potensi masalah dalam
kerangka tema eksklusifitas, yaitu:
Pemilihan tim yang tidak adil: Cara pemilihan tim yang dilakukan oleh
Rudi dan Seto tidak adil dan tidak inklusif. Mereka hanya memilih teman yang
mereka anggap "baik" dalam bermain kasti, dan mengabaikan teman yang
lain.
Stigmatisasi dan diskriminasi: Teman yang tidak terpilih mungkin
distigmatisasi sebagai "pemain yang buruk" atau "tidak
populer". Hal ini dapat menyebabkan diskriminasi dan perundungan dalam
lingkungan sekolah.
Kehilangan kesempatan belajar: Teman yang tidak terpilih kehilangan
kesempatan untuk belajar dan mengembangkan keterampilan bermain kasti. Hal ini
dapat memperlebar kesenjangan kemampuan antar peserta didik.
Saran:
Untuk menghindari masalah-masalah tersebut, Pak Budi dapat mengubah cara
pemilihan tim dengan beberapa cara berikut:
Membagi tim secara acak: Pak Budi dapat membagi tim secara acak,
sehingga semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk bermain
bersama dengan teman yang berbeda.
Menggunakan sistem pemilihan tim yang kooperatif: Pak Budi dapat
menggunakan sistem pemilihan tim yang kooperatif, seperti lelang pemain atau
sistem kapten, di mana semua peserta didik terlibat dalam proses pemilihan tim.
Menekankan pada kerjasama dan sportivitas: Pak Budi dapat menekankan
pada nilai-nilai kerjasama dan sportivitas dalam permainan kasti, dan mendorong
semua peserta didik untuk saling mendukung dan menghargai satu sama lain.
Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, Pak Budi dapat menciptakan
pembelajaran PJOK yang lebih inklusif, adil, dan bermanfaat bagi semua peserta
didik.
https://youtu.be/JQF83j3otck?si=bimfi-FrxK9J80pp
1.4.c.1.
Kuatkan Pemahaman - Ekslusivitas Pendidikan Jasmani Dalam Dominasi Wacana
Olahraga
Bapak/Ibu akan melakukan tahapan kuatkan pemahaman pembelajaran ini
secara mandiri di LMS dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Kemudian Anda diminta untuk membaca dan memberikan
komentar/pandangan/pendapat berdasarkan pertanyaan yang diajukan pada bagian
forum diskusi di LMS. Tuliskan pendapat dan pandangan Anda di bagian komentar
forum diskusi di LMS pada setiap situasi yang dimunculkan dalam pembelajaran
ini.
Silakan cermati kedua situasi di bawah (klik pada tombol Situasi yang
ingin dibuka), kemudian tuliskan pendapat dan pandangan Anda!
SITUASI 1
1. Analisis dari Sisi Konsep Pendidikan Jasmani
Secara umum, rancangan tes yang dilakukan Pak Budi memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan dari sisi konsep pendidikan jasmani:
Kelebihan:
Meliputi berbagai aspek kebugaran jasmani: Tes yang dipilih (push-up,
sit-up, dan lari 12 menit) mengukur beberapa komponen kebugaran jasmani yang
penting, yaitu kekuatan otot perut, kekuatan otot dada dan lengan, dan daya
tahan kardiovaskular.
Mempertimbangkan keterampilan olahraga: Tes keterampilan dasar cabang
olahraga yang telah diajarkan selama satu semester memungkinkan Pak Budi untuk
menilai perkembangan keterampilan motorik dan teknik peserta didik dalam
berbagai cabang olahraga.
Memenuhi kebutuhan penilaian: Tes ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan
penilaian nilai rapor semester gasal, yang merupakan salah satu komponen
penting dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Kekurangan:
Kurang menekankan aspek lain dari pendidikan jasmani: Tes ini hanya
berfokus pada aspek kebugaran jasmani dan keterampilan olahraga, dan tidak
mencakup aspek lain dari pendidikan jasmani seperti nilai-nilai sportivitas, kerjasama,
dan tanggung jawab.
Kemungkinan kurangnya validitas dan reliabilitas: Tes push-up dan sit-up
memiliki keterbatasan dalam mengukur kekuatan otot secara keseluruhan, dan tes
lari 12 menit mungkin kurang sensitif untuk mengukur daya tahan kardiovaskular
pada semua peserta didik.
Berpotensi menimbulkan kecemasan pada peserta didik: Penekanan pada
penilaian dan pengukuran dalam tes ini dapat menimbulkan kecemasan pada peserta
didik, yang dapat menghambat proses belajar dan perkembangan mereka.
2.
Terkait dengan
Wacana Eksklusifitas
Situasi yang tergambar di atas memiliki potensi untuk menimbulkan
eksklusifitas dalam beberapa hal:
Peserta didik yang kurang bugar atau memiliki keterbatasan fisik mungkin
dirugikan: Tes yang berfokus pada kebugaran jasmani dan keterampilan olahraga
dapat membuat peserta didik yang kurang bugar atau memiliki keterbatasan fisik
merasa tertinggal dan dikucilkan.
Penekanan pada tes dapat mempersempit fokus pembelajaran: Terlalu fokus
pada tes untuk memenuhi kebutuhan penilaian dapat mempersempit fokus
pembelajaran pendidikan jasmani dan mengalihkan perhatian dari tujuan yang
lebih luas seperti pengembangan karakter dan kesehatan seumur hidup.
Memperkuat stereotip gender: Tes yang menekankan pada kekuatan dan daya
tahan fisik dapat memperkuat stereotip gender tentang peran laki-laki dan
perempuan dalam olahraga dan aktivitas fisik.
Untuk meminimalkan potensi eksklusifitas dan meningkatkan efektivitas
pembelajaran pendidikan jasmani, Pak Budi dapat mempertimbangkan beberapa hal
berikut:
Menggunakan berbagai metode penilaian: Selain tes, Pak Budi dapat
menggunakan metode penilaian lain yang lebih holistik, seperti observasi,
portofolio, dan penilaian diri, untuk menilai perkembangan peserta didik secara
menyeluruh.
Menekankan pada partisipasi dan usaha: Memberikan nilai dan penghargaan
kepada peserta didik yang menunjukkan partisipasi aktif dan usaha yang maksimal
dalam pembelajaran, terlepas dari kemampuan fisik mereka.
Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif: Membangun lingkungan
belajar yang aman dan suportif di mana semua peserta didik merasa diterima dan
dihargai, terlepas dari latar belakang, kemampuan, dan minat mereka.
Memfokuskan pada pengembangan karakter dan kesehatan seumur hidup:
Membantu peserta didik untuk mengembangkan nilai-nilai sportivitas, kerjasama,
dan tanggung jawab, serta membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan
yang mereka butuhkan untuk menjalani gaya hidup aktif dan sehat sepanjang hidup
mereka.
Dengan mempertimbangkan berbagai aspek ini, Pak Budi dapat merancang
pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih inklusif, efektif, dan bermanfaat
bagi semua peserta didik.
SITUASI 2
1.
Kecenderungan Sikap
Rudi dan Seto dalam Memilih Anggota Tim
Dalam situasi di atas, Rudi dan Seto kemungkinan besar akan memilih
anggota tim berdasarkan beberapa faktor, yaitu:
Kemampuan bermain kasti: Mereka mungkin memilih teman yang mereka anggap
pandai bermain kasti, dengan harapan tim mereka memiliki peluang lebih besar
untuk menang.
Kecocokan pertemanan: Mereka mungkin memilih teman yang dekat dengan
mereka atau yang mereka sukai untuk bermain bersama.
Keuntungan fisik: Mereka mungkin memilih teman yang memiliki fisik yang
kuat atau gesit, yang dianggap menguntungkan dalam permainan kasti.
Kecenderungan ini dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti:
Eksklusivitas: Teman yang dianggap kurang pandai bermain kasti, tidak
populer, atau memiliki fisik yang lemah mungkin diabaikan atau dikucilkan dalam
proses pemilihan tim.
Ketidakadilan: Tim yang mendapatkan anggota yang lebih pandai bermain
kasti mungkin memiliki keuntungan yang tidak adil dan mendominasi permainan.
Kekecewaan dan frustrasi: Teman yang tidak terpilih mungkin merasa
kecewa dan frustrasi, yang dapat mengganggu motivasi dan semangat mereka dalam
belajar.
1.
Masalah Terkait
Eksklusifitas
Gambaran situasi di atas menunjukkan beberapa potensi masalah dalam
kerangka tema eksklusifitas, yaitu:
Pemilihan tim yang tidak adil: Cara pemilihan tim yang dilakukan oleh
Rudi dan Seto tidak adil dan tidak inklusif. Mereka hanya memilih teman yang
mereka anggap "baik" dalam bermain kasti, dan mengabaikan teman yang
lain.
Stigmatisasi dan diskriminasi: Teman yang tidak terpilih mungkin
distigmatisasi sebagai "pemain yang buruk" atau "tidak
populer". Hal ini dapat menyebabkan diskriminasi dan perundungan dalam
lingkungan sekolah.
Kehilangan kesempatan belajar: Teman yang tidak terpilih kehilangan
kesempatan untuk belajar dan mengembangkan keterampilan bermain kasti. Hal ini
dapat memperlebar kesenjangan kemampuan antar peserta didik.
Saran:
Untuk menghindari masalah-masalah tersebut, Pak Budi dapat mengubah cara
pemilihan tim dengan beberapa cara berikut:
Membagi tim secara acak: Pak Budi dapat membagi tim secara acak,
sehingga semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk bermain
bersama dengan teman yang berbeda.
Menggunakan sistem pemilihan tim yang kooperatif: Pak Budi dapat
menggunakan sistem pemilihan tim yang kooperatif, seperti lelang pemain atau
sistem kapten, di mana semua peserta didik terlibat dalam proses pemilihan tim.
Menekankan pada kerjasama dan sportivitas: Pak Budi dapat menekankan
pada nilai-nilai kerjasama dan sportivitas dalam permainan kasti, dan mendorong
semua peserta didik untuk saling mendukung dan menghargai satu sama lain.
Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, Pak Budi dapat menciptakan
pembelajaran PJOK yang lebih inklusif, adil, dan bermanfaat bagi semua peserta
didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar